Hubungan sosial Remaja Sekaitan Dengan Kesehatan Reproduksi
A. Persepsi Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
1. Penting diketahui sejak dini
Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk diketahui sejak dini agar pada saat seseorang menginjak usia remaja dan menghadapai permasalahan seputar kesehatan reproduksi, ia telah mendapatkan informasi yang cukup sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan juga hal -hal yang seharusnya dihindari.
2. Perlunya mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya.
Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut juga berasal dari sumber yang terpercaya pula sehingga dapat berguna bagi remaja itu sendiri dan bukannya menyesatkan.
3. Perlu diberikan di sekolah dan di keluarga
Agar remaja mendapatkan informasi yang benar, Kesehatan reproduksi remaja hendaknya juga diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga.
4. Dengan mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi Remaja secara benar kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Apalagi bagi remaja di kota-kota besar, yang berbagai informasi dapat masuk dengan mudahnya, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini.
B. Lingkungan Tempat Remaja Mengungkapkan Tentang Kesehatan Reproduksi
1. Orang Tua
Orang Tua memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini dan harus dapat menjadi panutan bagi anak remajanya. Seperti yang kita ketahui, orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama, sehingga penting bagi orang tua untuk mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi remaja. Cara penyampaian yang bijak dan tidak menakut-nakuti akan membuat remaja merasa nyaman untuk berdiskusi tentang masalah kesehatan reproduksi ini dengan orang tua.
2. Pendidik
Selain orang tua, pendidik juga mempunyai peran panting dalam hal kesehatan reproduksi remaja, karena sebagian besar waktu remaja di habiskan di sekolah maupun instansi pendidikan lainnya, sehingga guru juga diharapkan dapat dijadikan panutan bagi remaja. Guru di sekolah, terutama guru BP dan guru Biologi perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, peran guru agama baik di sekolah maupun di luar sekolah juga perlu mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan harus dapat memberikan penjelasan bukan hanya dari segi pengetahuan, namun juga dari segi moral.
3. Sahabat dan teman dekat
Remaja sangat banyak menghabiskan waktu luangnya dengan teman-teman sebaya. Dalam hal ini, teman dekat atau sahabat seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau tempat untuk sekadar mencurahkan isi hati.
4. Saudara dekat (adik, kakak, sepupu, kakek, nenek, dsb)
Banyak juga di antara para remaja yang merasa dekat dengan anggota keluarga lainnya, sehingga merasa lebih nyaman untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan mereka.
C. Peran Peer Group
1. Dalam hal-hal tertentu, seperti masalah kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang biasa dihadapi remaja pada umumnya, remaja lebih sering berdiskusi dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang dewasa lain di sekitarnya.
2. Cara mendekati Peer Group,
* Dengan menjadi teman mereka dan tidak menggurui. Karena pada dasarnya, remaja ingin merasa dihargai dan dianggap sebagai orang dewasa yang juga mempunyai kelebihan.
* Dengan menjadi pendengar. Kita harus mampu menjadi pendengar bagi mereka dan tidak bersikap egois dan bersikap seolah-olah kita lebih tahu dari mereka.
* Positive thinking. Dalam mendekati sekelompok remaja, kita harus berpikir secara positif dan tidak menghakimi mereka dengan hal-hat negatif.
* Apabila kelompok yang kita dekati mempunyai pandangan berbeda, dalam artian negatif, kita harus berusaha merubah pandangan tersebut secara bijak. Apabila ternyata sulit untuk dirubah, kita tidak boleh memaksakan kehendak dan harus dapat membuat keputusan untuk dapat meninggalkan kelompok tersebut.
Contoh: Pada kelompok remaja pemakai narkoba, kita harus berusaha mengubah pandangan mereka, kalau memang tidak bisa kita harus bisa meninggalkan kelompok tersebut agar tidak terjerumus lebih jauh.
D. Peran yang Diharapkan dari Orang Tua, Guru dan Orang-orang yang Dituakan
1. Orang Tua
* Harus dapat memberikan pendidikan agama dan moral yang baik bagi anak-anaknya.
* Harus mampu memberikan informasi yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja
* Dapat memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk mengeluarkan pendapat dan bukan hanya menuntut anak-anaknya untuk menuruti keinginan mereka
* Dapat membantu anak-anaknya untuk membangun konsep diri yang sehat, sehingga sang anak tidak mudah terbawa arus negatif dari lingkungan,
* Harus dapat terbuka dalam membicarakan masalah-masalah kesehatan reproduksi. jika orang tua tidak bersikap terbuka dalam membicarakan masalah ini, maka remaja akan bertanya kepada orang lain dan informasi yang didapat dari orang lain ini belum tentu benar.
* Orang tua hendaknya jangan hanya menuntut, tapi juga harus berusaha mengerti keadaan anak-anaknya.
* Harus dapat memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan.
* Tidak segan-segan meminta maaf pada anak bila orang tua melakukan kesalahan. Orang tua tidak akan pernah luput dari kesalahan, dengan meminta maaf, maka remaja akan merasa lebih dihargai.
* Tidak bersikap menggurui dan menganggap bahwa orang tua tahu segalanya dan anak tidak tahu apa-apa, karena sebenarnya orang tua belum tentu lebih pintar dari anaknya, tapi mereka lebih dulu tahu.
2. Pendidik
* Harus dapat menjadi panutan bagi anak didiknya
* Harus menguasai tentang masalah kesehatan reproduksi remaja
* Dapat menjadi teman diskusi yang baik, bukan hanya menyalahkan dan menakut-nakuti. Pendidik yang baik harus dapat menjadi mitra diskusi remaja yang baik sehingga remaja merasa nyaman untuk membicarakan masalahnya kepada pendidik.
* Khususnya untuk guru agama, jangan memberi informasi mengenal kesehatan reproduksi dengan cara menakut-nakuti. Jangan hanya menghubungkan hal tersebut dengan 'dosa', tetapi juga harus bisa menjelaskan mengapa hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang agama, Misalnya dalam membicarakan tentang hubungan seks pranikah, pendidik hendaknya tidak hanya menakut-nakuti hal itu sebagai perbuatan berdosa, tapi juga harus dapat menjelaskan keterangan dibalik itu yaitu bahwa manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi, yang dibekali oleh akal budi dan mempunyai aturan hidup sehingga apabila kita melakukan hubungan seks di luar pernikahan, berarti kita sama rendahnya dengan binatang yang tidak berakal budi dan tidak mempunyai aturan.
3. Orang-orang yang dituakan
Orang-orang yang dituakan lainnya seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan lain sebagainya, juga harus dapat dijadikan panutan dan teman diskusi bagi remaja. Karena masa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami proses pencarian jati diri, dan biasanya pada masa ini pula remaja mencontoh orang-orang yang lebih tua untuk dijadikan model bagi tingkah laku mereka. Orang-orang tua di sekitar remaja juga harus berusaha mengerti keadaan remaja dan bukan hanya menyalahkan dan mempunyai pandangan negatif terhadap kaum remaja.