Sabtu, 08 Agustus 2009

Kesehatan Reproduksi Remaja

Hubungan sosial Remaja Sekaitan Dengan Kesehatan Reproduksi


A. Persepsi Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi

1. Penting diketahui sejak dini

Informasi tentang kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk diketahui sejak dini agar pada saat seseorang menginjak usia remaja dan menghadapai permasalahan seputar kesehatan reproduksi, ia telah mendapatkan informasi yang cukup sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan juga hal -hal yang seharusnya dihindari.

2. Perlunya mendapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya.

Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut juga berasal dari sumber yang terpercaya pula sehingga dapat berguna bagi remaja itu sendiri dan bukannya menyesatkan.

3. Perlu diberikan di sekolah dan di keluarga

Agar remaja mendapatkan informasi yang benar, Kesehatan reproduksi remaja hendaknya juga diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga.

4. Dengan mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi Remaja secara benar kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Apalagi bagi remaja di kota-kota besar, yang berbagai informasi dapat masuk dengan mudahnya, terutama di era globalisasi seperti sekarang ini.


B. Lingkungan Tempat Remaja Mengungkapkan Tentang Kesehatan Reproduksi

1. Orang Tua

Orang Tua memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini dan harus dapat menjadi panutan bagi anak remajanya. Seperti yang kita ketahui, orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama, sehingga penting bagi orang tua untuk mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi remaja. Cara penyampaian yang bijak dan tidak menakut-nakuti akan membuat remaja merasa nyaman untuk berdiskusi tentang masalah kesehatan reproduksi ini dengan orang tua.

2. Pendidik

Selain orang tua, pendidik juga mempunyai peran panting dalam hal kesehatan reproduksi remaja, karena sebagian besar waktu remaja di habiskan di sekolah maupun instansi pendidikan lainnya, sehingga guru juga diharapkan dapat dijadikan panutan bagi remaja. Guru di sekolah, terutama guru BP dan guru Biologi perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, peran guru agama baik di sekolah maupun di luar sekolah juga perlu mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan harus dapat memberikan penjelasan bukan hanya dari segi pengetahuan, namun juga dari segi moral.

3. Sahabat dan teman dekat

Remaja sangat banyak menghabiskan waktu luangnya dengan teman-teman sebaya. Dalam hal ini, teman dekat atau sahabat seringkali berperan sebagai tempat untuk bertukar pengalaman atau tempat untuk sekadar mencurahkan isi hati.

4. Saudara dekat (adik, kakak, sepupu, kakek, nenek, dsb)

Banyak juga di antara para remaja yang merasa dekat dengan anggota keluarga lainnya, sehingga merasa lebih nyaman untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi dengan mereka.


C. Peran Peer Group

1. Dalam hal-hal tertentu, seperti masalah kesehatan reproduksi dan hal-hal lain yang biasa dihadapi remaja pada umumnya, remaja lebih sering berdiskusi dengan teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang dewasa lain di sekitarnya.

2. Cara mendekati Peer Group,
* Dengan menjadi teman mereka dan tidak menggurui. Karena pada dasarnya, remaja ingin merasa dihargai dan dianggap sebagai orang dewasa yang juga mempunyai kelebihan.
* Dengan menjadi pendengar. Kita harus mampu menjadi pendengar bagi mereka dan tidak bersikap egois dan bersikap seolah-olah kita lebih tahu dari mereka.
* Positive thinking. Dalam mendekati sekelompok remaja, kita harus berpikir secara positif dan tidak menghakimi mereka dengan hal-hat negatif.
* Apabila kelompok yang kita dekati mempunyai pandangan berbeda, dalam artian negatif, kita harus berusaha merubah pandangan tersebut secara bijak. Apabila ternyata sulit untuk dirubah, kita tidak boleh memaksakan kehendak dan harus dapat membuat keputusan untuk dapat meninggalkan kelompok tersebut.
Contoh: Pada kelompok remaja pemakai narkoba, kita harus berusaha mengubah pandangan mereka, kalau memang tidak bisa kita harus bisa meninggalkan kelompok tersebut agar tidak terjerumus lebih jauh.


D. Peran yang Diharapkan dari Orang Tua, Guru dan Orang-orang yang Dituakan

1. Orang Tua
* Harus dapat memberikan pendidikan agama dan moral yang baik bagi anak-anaknya.
* Harus mampu memberikan informasi yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja
* Dapat memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk mengeluarkan pendapat dan bukan hanya menuntut anak-anaknya untuk menuruti keinginan mereka
* Dapat membantu anak-anaknya untuk membangun konsep diri yang sehat, sehingga sang anak tidak mudah terbawa arus negatif dari lingkungan,
* Harus dapat terbuka dalam membicarakan masalah-masalah kesehatan reproduksi. jika orang tua tidak bersikap terbuka dalam membicarakan masalah ini, maka remaja akan bertanya kepada orang lain dan informasi yang didapat dari orang lain ini belum tentu benar.
* Orang tua hendaknya jangan hanya menuntut, tapi juga harus berusaha mengerti keadaan anak-anaknya.
* Harus dapat memberikan kesempatan yang sama bagi anak laki-laki dan perempuan.
* Tidak segan-segan meminta maaf pada anak bila orang tua melakukan kesalahan. Orang tua tidak akan pernah luput dari kesalahan, dengan meminta maaf, maka remaja akan merasa lebih dihargai.
* Tidak bersikap menggurui dan menganggap bahwa orang tua tahu segalanya dan anak tidak tahu apa-apa, karena sebenarnya orang tua belum tentu lebih pintar dari anaknya, tapi mereka lebih dulu tahu.

2. Pendidik
* Harus dapat menjadi panutan bagi anak didiknya
* Harus menguasai tentang masalah kesehatan reproduksi remaja
* Dapat menjadi teman diskusi yang baik, bukan hanya menyalahkan dan menakut-nakuti. Pendidik yang baik harus dapat menjadi mitra diskusi remaja yang baik sehingga remaja merasa nyaman untuk membicarakan masalahnya kepada pendidik.
* Khususnya untuk guru agama, jangan memberi informasi mengenal kesehatan reproduksi dengan cara menakut-nakuti. Jangan hanya menghubungkan hal tersebut dengan 'dosa', tetapi juga harus bisa menjelaskan mengapa hal tersebut merupakan perbuatan yang dilarang agama, Misalnya dalam membicarakan tentang hubungan seks pranikah, pendidik hendaknya tidak hanya menakut-nakuti hal itu sebagai perbuatan berdosa, tapi juga harus dapat menjelaskan keterangan dibalik itu yaitu bahwa manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi, yang dibekali oleh akal budi dan mempunyai aturan hidup sehingga apabila kita melakukan hubungan seks di luar pernikahan, berarti kita sama rendahnya dengan binatang yang tidak berakal budi dan tidak mempunyai aturan.

3. Orang-orang yang dituakan
Orang-orang yang dituakan lainnya seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan lain sebagainya, juga harus dapat dijadikan panutan dan teman diskusi bagi remaja. Karena masa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami proses pencarian jati diri, dan biasanya pada masa ini pula remaja mencontoh orang-orang yang lebih tua untuk dijadikan model bagi tingkah laku mereka. Orang-orang tua di sekitar remaja juga harus berusaha mengerti keadaan remaja dan bukan hanya menyalahkan dan mempunyai pandangan negatif terhadap kaum remaja.

Pe eM eR soneTa










teenager red cross

PALANG MERAH REMAJA

Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasarkepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

Tribakti PMR

Seperti halnya pramuka yang memiliki dasadharma pramuka, maka dalam PMR dikenal tri bakti yang harus diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh semua anggota. TRIBAKTI PMR tersebut adalah:

  1. Meningkatkan ketrampilan hidup sehat.
  2. Berkarya dan berbakti di masyarakat.
  3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

Prinsip dasar kepalangmerahan

Seperti halnya pramuka yang memiliki dasadharma pramuka, maka dalam PMR dikenal 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. 7 Prinsip Dasar tersebut adalah:

  1. Kemanusiaan
  2. Kesamaan
  3. Kenetralan
  4. Kemandirian
  5. Kesukarelaan
  6. Kesatuan
  7. Kesemestaan

yang biasa disingkat menjadi ManSaNeManSuSaSe agar mudah diingat dan dijalankan.

STRUKTUR ORGANISASI PMR

1. Pelindung
Pelindung bertanggung jawab atas semua pelaksanaan kegiatan PMR. Pelindung dalam hal ini adalah Kepala Sekolah.

2. Pembina
Pembina PMR bertugas untuk membimbing, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan PMR. Pembina PMR dipilih oleh Kepala Sekolah yang diambil dari pihak Bapak/Ibu Guru. Biasanya Pembina PMR terdiri dari 4 orang.

3. Ketua Umum
Ketua bertugas untuk mengkoordinasikan semua kegitan yang diselenggarakan oleh PMR. Ketua ini bertanggungjawab atas jalannya roda organisasi PMR.

4. Wakil Ketua
Wakil Ketua bertugas untuk membantu tugas-tugas Ketua dan mewakili Ketua apabila Ketua berhalangan.

5. Sekretaris
Sekretaris bertugas untuk menangani semua administrasi organisasi PMR. Tugasnya antara lain : Menangani surat-surat yang masuk dan keluar, membuat Proposal dan Laporan Kegiatan, menangani agenda rapat dan sebagainya.

6. Bendahara
Bendahara tentunya bertanggungjawab atas keuangan organisasi.

7. Seksi-seksi :
a. Seksi Kegiatan
Seksi Kegiatan bertugas untuk mengatur dan merancang semua kegiatan yang diselenggarakan oleh PMR.

b. Seksi Perlengkapan
Seksi Perlengkapan bertugas menyediakan dan merawat semua peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh PMR.

c. Seksi PPPK
Seksi PPPK ini bertugas untuk menangani masalah kesehatan terutama masalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.

d. Seksi Humas
Seksi Humas bertanggung jawab atas hubungan PMR dengan pihak luar, baik dengan organisasi lain maupun dengan masyarakat umum.

e. Seksi Dokumentasi
Seksi Dokumentasi bertugas untuk mencatat atau mendokumentasikan semua kegiatan yang diselenggarakan oleh PMR

f. Seksi Pembantu Umum
Seksi ini bertugas membantu pelaksanaan kegiatan yang belum tertangani oleh seksi-seksi lain.

KEGIATAN - KEGIATAN PMR

Kegiatan-kegiatan yang telah diselenggarakan oleh PMR antara lain :


1. Membantu Pelaksanaan Upacara Bendera.
Dalam pelaksanaan Upacara Bendera tiap hari Senin dan hari-hari Besar lainnya, terkadang terdapat siswa/siswi yang membutuhkan pertolongan. Banyak diantara siswa yang merasa tidak kuat fisiknya untuk mengikuti upacara bahkan ada di antaranya yang sampai pingsan. Untuk itulah, diperlukan penanganan dan perhatian khusus. Di sinilah PMR mempunyai andil yang cukup besar dalam menangani para siswa yang membutuhkan pertolongan. Tiap upacara, beberapa anggota PMR ditugaskan secara bergiliran untuk membantu teman-temannya yang membutuhkan.

2. Ekstrakurikuler
KNA (Kegiatan Non-Akademik) PMR dilaksanakan seminggu sekali. KNA ini dilaksanakan sebagai sarana untuk menyampaikan dan memperdalam materi tentang ke-PMR-an terutama ditujukan untuk para anggota baru. Sementara itu untuk anggota yang sudah cukup mahir, harus menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada adik-adiknya. Jadi selain lebih memperdalam materi yang telah dikuasainya, juga sebagai latihan mental menghadapi orang banyak. Bentuk penyampaian materi juga tidak hanya sebatas teori, tetapi diselingi dengan praktek-praktek di lapangan.

3. Mengikuti Jumbara (Jumpa Bhakti Gembira)
Jumbara merupakan suatu ajang yang diselenggarakan untuk menampilkan kemampuan anggota PMR (semacam Jambore dalam Pramuka). Kegiatan ini diikuti oleh wakil dari sekolah-sekolah yang mengikutinya. Kegiatan yang diselenggarakan oleh PMI ni, bertujuan untuk lebih mengakrabkan di antara sesama anggota PMR terutama dengan anggota PMR dari sekolah lain.

4. Pemeriksaan Golongan Darah
Menanggapi keluhan dari beberapa anggota PMR dan banyak siswa yang belum mengetahui golongan darahnya, PMR bekerja sama dengan PMI cabang Banyumas mengadakan kegiatan Pemeriksaan Golongan Darah, khususnya bagi para siswa/siswi yang belum mengetahui golongan darahnya. Kepada anggota PMR juga diajarkan bagaiman caranya memeriksa Golongan Darah seseorang. Kegiatan ini mendapat animo yang cukup besar terutama dari kalangan siswa, sehingga kegiatan ini harus diselenggarakan sebanyak dua kali.

5. Penanganan UKS
UKS atau Usaha Kesehatan Sekolah merupakan rumah sakit mini yang ada di sekolah. PMR sebagai satu-satunya organisaasi yang berkecimpung di dunia kemanusiaan termasuk kesehatan, turut menangani dan merawat adanya UKS ini. Keberadaan UKS dirasa sangat diperlukan terutama ketika terdapat siswa atau anak yang sakit. Beberapa anggota PMR ditugaskan secara bergiliran untuk menjaga dan merawat UKS ini.

6. Penerimaan Siswa Baru (MOP)
Dalam rangka penerimaan siswa baru, bersama OSIS dan Pramuka, PMR turut serta membantu pelaksanaan MOP Siswa Baru.

7. Reorganisasi dan pelantikan Pengurus PMR
Masa kepengurusan PMR adalah satu tahun pelajaran. Oleh karena itu, tiap tahun harus diadakan Reorganisasi untuk memilih para Pengurus Baru. Pengurus Baru ini dipilih berdasarkan pilihan dari semua anggota PMR secara demokratis. Setelah terbentuk, Pengurus baru akan dibekali beberapa pengetahuan tentang oraganisasi PMR, dan selanjutnya dilantik atau dikukuhkan.